Jumat, 08 Maret 2013

SPIRITUAL SESUAI TUMBUH KEMBANG


PERKEMBANGAN SPIRITUALITAS

Selain secara fisik, kognitif, dan moral, individu juga berkembang secara spiritualitas. Beberapa ahli teologi mengindentifikasi tahap linear tertentu yang dilalui oleh individu sementara ia mencapai kematangan spiritualitas. Westerhoff (1976) dalam Kozier (2010), sebagai contoh, menggambarkan iman sebagai satu cara berperilaku yang timbul dari keyakinan yang diarahkan oleh orang tua dan orang lain semasa bayi dan kanak-kanak hingga iman diri sendiri yang diinternalisasi pada masa dewasa dan bertindak sebagai pengarah tindakan. Beberapa aspek perkembangan spiritual menurut Westerhoff (1976) dalam Hidayat (2009) yaitu :
a.      Usia anak-anak, merupakan tahap perkembangan kepercayaan berdasarkan pengalaman. Perilaku yang didapat, antara lain: adanya pengalaman dari interaksi dengan orang lain dengan keyakinan atau kepercayaan yang dianut. Pada masa ini, anak belum mempunyai pemahaman salah atau benar. Kepercayaan atau keyakinan yang ada pada masa ini mungkin hanya mengikuti ritual atau meniru orang lain, seperti berdoa sebelum tidur dan makan. Pada masa prasekolah, kegiatan keagamaan yang dilakukan belum bermakna pada dirinya, perkembangan spiritual mulai mencontoh aktivitas keagamaan orang sekelilingnya, dalam hal ini keluarga. Pada masa ini anak-anak biasanya sudah mulai bertanya tentang pencipta, arti doa, serta mencari jawaban tentang kegiatan keagamaan.
b.     Usia remaja akhir, merupakan tahap perkumpulan kepercayaan yang ditandai dengan adanya partisipasi aktif pada kegiatan keagamaan. Pengalaman dan rasa takjub membuat mereka semakin merasa memiliki dan berarti akan keyakinannya. Perkembangan spiritual pada masa ini sudah mulai pada keinginan akan pencapaian kebutuhan spiritual seperti keinginan melalui meminta atau berdoa kepada penciptanya, yang berarti sudah mulai membutuhkan pertolongan melalui keyakinan atau kepercayaan. Bila pemenuhan spiritual tidak terpenuhi, akan timbul kekecewaan. Menurut Hamid (2008), pada masa ini, anak mulai mengambil keputusan akan melepaskan atau meneruskan agama yang dianutnya karena ketergantungannya kepada orangtua. Mereka membandingkan standar orangtua mereka dengan orangtua lain dan menetapkan standar apa yang diintegrasikan dalam perilakunya. Mereka juga membandingkan pandangan ilmiah dengan pandangan agama serta mencoba untuk menyatukannya.
c.      Usia awal dewasa, merupakan masa pencarian kepercayaan diri, diawali dengan proses pertanyaan akan keyakinan atau kepercayaan yang dikaitkan secara kognitif sebagai bentuk yang tepat untuk mempercayainya. Pada masa ini, pemikiran sudah bersifat rasional dan dan keyakinan atau kepercayaan terus dikaitkan dengan rasional. Segala pertanyaan tentang kepercayaan harus dapat dijawab secara rasional. Pada masa ini, timbul perasaan akan penghargaan terhadap kepercayaannya.
d.     Usia pertengahan dewasa, merupakan tingkatan kepercayaan dari diri sendiri. Perkembangan ini diawali dengan semakin kuatnya kepercayaan diri yang dipertahankan walaupun menghadapi perbedaan keyakinan yang lain dan lebih mengerti akan kepercayaan dirinya. Dalam Hamid (2008, p.7), pada kelompok usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak waktu untuk kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti nilai agama yang diyakini oleh generasi muda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar